GAYATREND.com – Stunting dan tingginya perokok anak menghantui negeri ini. Dan ini menjadi warning bagi pemerintah.
Pernyataan tersebut diungkapkan Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Netty Prasetiyani Aher melalui gawai, Rabu (7/7/2021).
Menurut dia, selama ini pemerintah hanya berbicara terkait target, namun tidak ada implementasinya. Sehingga, kualitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia tertinggal dari negara lain.
“Tantangan kita besar dan harus diselesaikan. Ini menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM) kita,” ungkapnya.
Menurut data riset kesehatan dasar 2018 menyebut jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen atau sekitar 3,2 juta.
Padahal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4 persen pada 2019.
“Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) jumlah kasus stunting kita masih tinggi, berada di posisi keempat dunia. Bahkan di 2019 lalu, stunting kita mencapai 27,6 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang kurang dari 20 persen,” imbuhnya.
Angka stunting tersebut, masih ujar Netty, berpotensi meningkat dengan adanya Covid-19. Pasalnya, banyak posyandu-posyandu di daerah yang tidak beroperasi.
“Harus ada alternnatif apabila posyandu tidak lagi beroperasi. Agar terus bisa memantau tumbuh kembang anakapnya.
Dia mendorong pemerintah agar ada peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan tersebut, menurut dia, menjadi krusial di tengah ancaman kesehatan seperti Covid-19.
“Pemerintah harus meningkatkan lagi fungsi fasilitas kesehatan (faskes) di daerah-daerah yang menjadi tumpuan harapan masyarakat,” tegasnya.