GAYATREND.com – Menjelang Hari Raya Galungan, umat Hindu Banyuwangi melakukan Upacara Sugihan Jawa dan Bali pada Hari Kamis (8/4/2021). Apa maknanya ?
Sugihan Jawa jatuh pada hari Wrhaspati Wage atau disebut Kamis Wage Wuku Sungsang, yang dilakukan enam hari sebelum menyongsong perayaan hari raya Galungan.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan bahwa pada hari Sugihan Jawa merupakan Pasucian Dewa Kalinggania Pamrastista Batara kabeh (Penyucian Dewa). Sugihan Jawa memiliki makna menyucikan Bhuana Agung (makrokosmos) di luar diri manusia.
Wakil ketua PHDI Kecamatan Tegalsari, Zatson, S.Sos mengatakan bahwa, Pelaksanaan upacara Sugihan Jawa ini dirayakan untuk membersihkan dan mensucikan segala tempat dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci sebelum merayakan Sugihan Jawa untuk ketenangan bathin.
“Demikianl di kalangan masyarakat Banyuwangi, pembersihan alam semesta itu disimbolkan dengan menghaturkan Prayascita dan Parerebuan di Merajan sesuai dengan isi lontar Sundarigama. Mererebu bermakna sejajar dengan pembersihan atau penyucian,” kata Zatson saat ditemui langsung di Pura Bukit Amerta Dusun Kalisuro, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari.
Sementara Sugihan Bali menurut Zatson, jatuh pada Sukra Kliwon Wuku Sungsang, yang disebutkan sebagai Kalinggania Amretista Raga Tawulan atau dengan kata lain adalah pensucian bagi Bhuwana Alit, dari alam semesta ini, yaitu diri kita masing – masing.
“Pada saat ini, umat Hindu diharapkan melaksanakan upaya untuk mengendalikan indria (nafsu atau keinginan-keinginannya),” paparnya.
Zatson menjelaskan, Memaknai hari Sugihan Jawa dapat dilakukan dengan melaksanakan upawasa semampunya, maupun dengan melaksanakan persembahyangan baik di rumah maupun ditempat suci (Pura).
“Penyucian pikiran dapat juga dilaksanakan dengan melakukan Samadhi untuk menenangkan pikiran dalam menyambut datangnya hari kemenangan Dharma atas Adharma,” Jelasnya.
Secara filosofis Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali memiliki makna yang sama yaitu rerahinan dengan tujuan membersih-sucikan bhuwana, dunia beserta isinya. Hanya saja, secara ritual, Sugihan Jawa dan Sugihan Bali berbeda sasaran.Namun ada yang menyebutkan sebelum perayaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali dikenal sebagai Sugihan Tenten yang jatuh pada Buda Pon Wuku Sungsang, merupakan sugihan
Zatson menambahkan, Kata tenten, diidentikkan dengan kata enten yang artinya ‘ingat’. “Jadi, Sugian Tenten semacam mengingatkan umat Hindu bahwa hari raya Galungan akan segera tiba, segala kewajiban mesti segera dipersiapkan,” pungkasnya.